Sekolah Pascasarjana | Islam Sangat Menghargai Budaya Lokal
17496
post-template-default,single,single-post,postid-17496,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-child-theme-ver-1.0.0,qode-theme-ver-13.1.2,qode-theme-bridge,wpb-js-composer js-comp-ver-5.4.5,vc_responsive

Islam Sangat Menghargai Budaya Lokal

Islam Sangat Menghargai Budaya Lokal

Audirotium SPs, BERITA SEKOLAH Online – Guru Besar Bidang Tafsir UIN Jakarta Prof Dr HM Quraish Shihab mengatakan, Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin sangat menghargai tumbuhnya budaya lokal. Karena itu, sejauh tidak bertentangan dengan ajaran Islam, budaya lokal tetap mendapat tempat untuk diterima.

“Salah satu keunggulan Islam itu dihargainya budaya lokal yang berkembang di masyarakat. Islam sangat menoleransi sejauh tidak bertentangan dengan khair, yakni nilai-nilai kebaikan yang bersifat universal,” kata Quraish pada Kuliah Umum bertajuk “Penafsiran al-Qur’an dalam Konteks Indonesia” di Auditorium Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta, Kamis (10/3). Turut hadir Direktur SPs UIN Jakarta Prof Dr Masykuri Abdillah dan Ketua Program Magister Dr JM Muslimin.

Menurut Qurasih, al-Qur’an diturunkan ke bumi ditujukan untuk seluruh umat manusia. Karena untuk seluruh umat manusia itu pula wajar jika muncul beragam penafsiran mengenai ayat-ayat al-Qur’an. Sebagai contoh, ayat al-Qur’an tentang kewajiban menutup aurat bagi wanita dapat berbeda pendapat, apakah menutupi sebagian atau seluruhnya. Apakah harus dengan cadar (burqah) atau ditutup semua kecuali muka dan kedua telapak tangan. Lalu, apakah benar bahwa orang yang berjlbab itu mencerminkan identitasnya sebagai seorang muslimah dan tidak ada yang mengganggu?

“Saya berpendapat alasan ini tidak kemudian dijadikan sebagai ‘illat hukum yang karenanya jilbab menjadi wajib. Sebab, faktanya banyak muslimah berjilbab tapi tetap saja masih terkena pelecehan dari kaum pria. Jadi, apa ukurannya ‘tidak diganggu’ itu?,” kata mantan Rektor IAIN Jakarta periode 1992-1998 dan mantan Menteri Agama RI pada Kabinet Pembangunan VII era Presiden Soeharto tahun 1998 tersebut.

Namun demikian, karena Islam sangat menjunjung tinggi budaya lokal, bentuk jilbab pun menjadi bermacam-macam. “Jadi, saya berpendapat bukan pada bentuknya tetapi lebih kepada menutup auratnya,” kata dia. (NS)

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.