Bedah Buku “Integrasi Ilmu” Karya Mulyadhi Kartanegara
Bedah Buku “Integrasi Ilmu” Karya Mulyadhi Kartanegara

Gedung Perpustakaan Riset Pascasarjana, BERITA SEKOLAH: SPs UIN Jakarta, didukung oleh Klub Riset Bildung dan Perpustakaaan Riset SPs UIN Jakarta, sukses menggelar Diskusi Karya Prof. Mulyadhi Kartanegara pada Rabu, 17 Juli 2024. Dalam kesempatan ini, Prof. Mulyadhi Kartanegara mengupas bukunya yang berjudul “Integrasi Ilmu; Sebuah Rekonstruksi Holistik”. Selama ini, konsep integrasi ilmu dipahami secara beragam. Buku Integrasi Ilmu ini akan menyajikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan seputar mengapa integrasi ilmu itu penting, apa saja yang harus diintegrasikan, bagaimana caranya, serta apa basis filosofis dari integrasi ini.

Dalam buku ini, berbagai aspek integrasi ilmu dibicarakan secara sistematis; integrasi ilmu agama dan ilmu umum, integrasi objek ilmu, integrasi disiplin ilmu, integrasi sumber ilmu, integrasi metode ilmiah, integrasi pengalaman manusia, integrasi penjelasan ilmiah, serta integrasi ilmu teoretis dan praktis.  Semua pembahasan ini  disajikan dengan lugas dalam buku Integrasi Ilmu karya Prof. Mulyadhi Kartanegara.

Prof. Mulyadhi Kartanegara menekankan bahwa sejarah keilmuan Islam klasik tidak mengenal istilah dikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Karena sejak dulu, cendekiawan muslim telah menerapkan integrasi ilmu. Seperti yang dilakukan Ibnu Sina, Ikhwan al-Shafa’ dan al-Jahiz. “Dalam Kitab al-Hayawan, al-Jahiz mengkaji ilmu zoologi secara mendetil. Lantas al-Jahiz menyebut bahwa ilmu zoologi ini juga menjadi bagian dari ilmu agama. Sebab tidak ada tujuan yang lebih jelas dalam penulisan buku ini kecuali menunjukkan maha dahsyatnya Tuhan dalam menciptakan hewan di setiap detilnya,” jelas Prof. Mulyadhi Kartanegara.

Lebih lanjut, Prof. Mulyadhi Kartanegara mengupas basis dari integrasi ilmu. “Dalam khazanah Islam, basis dari integrasi ilmu ini adalah ajaran tauhid. Para sufi menerjemahkan tauhid sebagai keyakinan bahwa Tuhanlah satu-satunya wujud yang sejati. Di saat alam semesta adalah bayangan-bayangan Tuhan layaknya bayangan wajah kita di cermin, maka Tuhanlah satu-satunya entitas yang asli dan nyata. Oleh karenanya, ketika manusia menggali pengetahuan-pengetahuan tentang alam, hakikatnya pengetahuan sejati yang ia cari adalah Tuhan itu sendiri sebagai satu-satunya wujud yang nyata. Dengan ini, pengetahuan apapun itu dapat diintegrasikan sebab puncaknya pengetahuan pun hanya satu, yaitu Tuhan.”

Selain itu, integrasi ilmu juga menjadi penting karena hakikat sumber pengetahuan hanyalah satu. Prof. Mulyadhi Kartanegara melanjutkan ulasannya, bahwa dalam literatur Islam, Tuhan menampakkan dirinya kepada manusia melalui dua tanda; firman atau qauliyyah dan alam atau kauniyyah. Tuhan mendorong manusia untuk menggali kedua aspek tersebut, dimana muara keduanya tidak lain hanyalah dari Tuhan. Maka, apapun pengetahuan yang ditemui oleh manusia, sumbernya kembali kepada Tuhan.

Tak luput, Prof. Mulyadhi Kartanegara mengutarakan kritik-kritiknya terhadap kecenderungan Barat yang meminggirkan aspek metafisik dari objek pengetahuan manusia. Berbeda dengan tradisi Islam yang memegang teguh wujud transenden sebagai bagian dari realitas–bahkan realitas yang sejati, tradisi Barat hanya mengakui pengetahuan-pengetahuan yang bersifat rasianal dan empiris. Oleh karenanya, tradisi Barat tidak mengenal apa yang dimaksud dengan integrasi ilmu.

Diskusi yang dilangsungkan di Perpustakaan Riset SPs mulai pukul 10.00 WIB ini berjalan lancar. Tidak hanya diikuti oleh mahasiswa SPs, diskusi ini juga  diikuti oleh dosen dan mahasiswa dari luar SPs UIN Jakarta. (Tanzil/Suwendi/JA)