Kajian Kamisan ke-7 "Ironi Masyarakat Muslim Modern"
Kajian Kamisan ke-7 "Ironi Masyarakat Muslim Modern"

Gedung Perpustakaan Riset Pascasarjana, BERITA SEKOLAH: SPs UIN Jakarta, didukung oleh Klub Riset Bildung dan Perpustakaan Riset SPs UIN Jakarta, menggelar Kajian Kamisan ke-7 pada Kamis, 11 Juli 2024 dengan menghadirkan Prof. Kusmana, Ph.D sebagai narasumber. Dalam kesempatan ini, Prof. Kusmana menyampaikan pemaparan menarik tentang ironi masyarakat muslim modern. Beliau mengawali presentasinya dengan menjelaskan definisi beberapa istilah kunci seperti ironi, nilai, logika, serta masyarakat muslim modern dan masyarakat yang berubah.

Prof. Kusmana kemudian mengangkat isu ironi dalam peradaban modern. Menurutnya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak selalu sejalan dengan peningkatan peradaban manusia. Beliau mengutip pandangan Muhammad Arkoun yang menyoroti kesenjangan antara kondisi aktual masyarakat muslim dengan model ideal yang diklaim.

"Arkoun mengidentifikasi bahwa kekuatan dominan, model, konsepsi, dan pencapaian yang benar-benar bekerja di masyarakat muslim saat ini justru banyak berasal dari non-muslim," jelas Prof. Kusmana.

Lebih lanjut, beliau memaparkan ironi yang lebih luas di masyarakat dunia, seperti konflik antar suku, agama, dan negara yang mengikis nilai-nilai kemanusiaan. Prof. Kusmana menekankan bahwa peradaban modern belum berhasil menghantarkan manusia, termasuk muslim, pada keadaban sejati yang maju, sehat, damai, dan harmonis dengan alam.

Mengutip kembali Arkoun, Prof. Kusmana menjelaskan tentang ketercerabutan masyarakat muslim modern dari akar sejarah budaya dan peradaban mereka. "Masyarakat muslim modern mengalami faktisitas atau keterlemparan yang berat," ujarnya.

Dalam menghadapi tantangan ini, Prof. Kusmana menyarankan untuk memahami keterlemparan kita, mengakui kesalahan, dan berusaha memperbaiki keadaan. Beliau mengajak para peserta untuk memaknai keterlemparan masyarakat muslim modern dalam berbagai aspek, mulai dari penguasaan ilmu pengetahuan Barat hingga perkembangan teknologi informasi.

Prof. Kusmana juga menyampaikan beberapa langkah untuk menjadi pemain aktif dalam peradaban dunia, termasuk memposisikan Islam sebagai salah satu agama yang mewarisi peradaban modern, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta melanjutkan proyek pembaruan pemikiran dalam Islam.

Di akhir presentasinya, Prof. Kusmana menekankan pentingnya agenda pembaruan pemikiran dalam kajian Al-Qur'an dan Hadis, yang mencakup perluasan konteks kajian klasik, pendekatan ilmiah, serta pembaruan ruang lingkup dan isi kajian.

Kajian ini mendapat respons positif dari para peserta, dengan banyaknya pertanyaan dan diskusi yang muncul setelah pemaparan Prof. Kusmana. Peserta terlihat antusias membahas langkah-langkah konkret untuk menghadapi tantangan masyarakat muslim modern dalam konteks global yang terus berubah. (Nazar/Suwendi/JA)