Rifqi Miftahul Amili Berhasil Mempertahankan Tesisnya tentang Pembaharuan Tasawuf Shah Wali Allah Al-Dihlawi
Rifqi Miftahul Amili Berhasil Mempertahankan Tesisnya tentang Pembaharuan Tasawuf Shah Wali Allah Al-Dihlawi

Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SEKOLAH: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (SPs UIN Jakarta) menggelar sidang ujian tesis ke-2684 di ruang auditorium Prof. Dr. Suwito, MA pada Selasa, 7 Februari 2024.

Rifqi Miftahul Amili mahasiswa program Magister Pengkajian Islam konsentrasi bidang Pemikiran Islam berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul Pembaharuan Tasawuf Shah Wali Allah Al-Dihlawi dengan predikat yudisium sangat memuaskan.

Ujian tesis diketuai oleh Wakil Direktur SPs UIN Jakarta, Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA, sebagai promotor Dr. Edwin Syarip, M.Ag dan Dr. Akhmad Sodiq, M.Ag. Tim penguji terdiri dari Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA, Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Ag dan Dr. Alvian Iqbal Zahasfan, SSI, Lc, MA.

Penelitian yang dilakukan oleh Rifqi Miftahul Amili merupakan penelitian Studi Pustaka  untuk menganalisis dan menemukan sebab Al-Dihlawi melakukan pembaharuan tasawuf dan konsep apa saja yang dilakukan dalam pembaharuannya serta menganalisis pemahaman Al-Dihlawi terhadap wahdat al-wujud.

Dalam tesisnya, ia menemukan beberapa konsep dan pemahaman Al-Dihlawi terhadap tasawuf falsafi. Pertama, Memurnikan tauhid dari kemusyrikan, yaitu kepercayaan yang meyakini bahwa Allah adalah alam yang berarti alam adalah zat Allah dan mengunjungi Tempat-tempat suci, yang disembah bukan Allah.

Kedua, Meluruskan Tasawuf yang Keliru, yaitu menekankan rabt al qalb (terkoneksinva hati) kepada Allah bukan penghadiran kepada syekh (rabitah). Berziarah bukan meminta doa atau mengambil berkah kepada wali, tapi untuk mendoakannya dan sebagai pengingat akan kematian Melarang uzlah atau meninggalkan urusan duniawi.

Ketiga, Rekonsiliasi Syariat dan Hakikat, yaitu Taharah (bersuci) harus lahir dan batin, konsep dalam salat harus diiringi dengan kehadiran hati dan niat yang tulus. Ia juga mengkonsep zakat berarti membersikan kotoran harta serta menarik rahmat Allah serta mengartikan puasa berarti menundukkan hawa nafsu dan menghilangkan sifat- sifat buruk haji dan menambah kecintaan dan kerinduan kepada Allah.

Amili juga menyimpulkan pembaharuan tasawuf al-Dihlawi dalam hal ini ia mencoba untuk mengembalikan tasawuf yang sesuai dengan Alquran dan hadis. Juga pembaharuannya tidak sama dengan Ibn Taimiyyah dan Muhammad ibn 'Abd al-Wahhab yang lebih puritan. Namun, al- Dihlawi lebih moderat dan bijak dalam tasawuf Falsafi misalnya.

Ada beberapa catatan penting yang disampaikan oleh para penguji terkait kritik, apresiasi, dan saran. Guru besar bidang Ilmu Tasawuf, Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Ag,  memberikan apresiasi kepada Amili atas proses yang dilampaui dari Work in Progress (WIP), ujian pendahuluan, dan ujian Tesis yang sangat singkat tetapi begitu teliti dalam menjabarkan tiap bagian. Ia kemudian menambahkan tesis ini masih perlu ada bab khusus untuk membahas diskursus atau kontribusi tasawuf Al-Dihlawi ini dalam kodifikasi dan rekonsiliasi.

Penguji yang lain seperti Dr. Alvian Iqbal Zahasfan, SSI, Lc., MA.  Juga mengucapkan selamat karena sudah sampai pada tahap ujian tesis. Selanjutnya ia mengoreksi adanya beberapa kesalahan dalam penulisan  seperti penggunaan kata pembaharuan seharusnya pembaruan.

Dr. Alvian juga menambahkan bahwa dalam tesis ini harus bisa menjelaskan posisi tanzih apakah termasuk dalam istilah tasawuf atau aqidah karena hal tersebut menjadi hal yang diperdebatkan.

Ketua sidang juga menambahkan, bahwa dalam tesis ini harus dipertajam lagi dalam menganalisis pembaruan yang dilakukan oleh Al-Dihlawi. Sehingga dapat diketahui latar belakang adanya pembaruan dalam tasawuf falsafi, kemudian dapat diketahui bagaimana implikasi dari pembaruan tersebut. (M. Faisal Nasier/J)