Sugiharto teliti tentang Pemikiran Pendidikan Islam Mohammad Natsir dan Raih Gelar Doktor ke-1586
Sugiharto teliti tentang Pemikiran Pendidikan Islam Mohammad Natsir dan Raih Gelar Doktor ke-1586

Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SEKOLAH: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar ujian promosi doktor ke-1586 di ruang auditorium Prof. Dr. Suwito, MA, pada Kamis, 29 Agustus 2024 dengan promovendus Sugiharto.

Sugiharto merupakan mahasiswa program studi Doktor Pengkajian Islam. Ia menulis disertasi  berjudul “Pemikiran Pendidikan Islam Mohammad Natsir”.

Pada Disertasinya, Sugiharto berhasil menemukan bahwa dalam pendidikan Islam menurut Mohammad Natsir, terdapat tiga poin besar yaitu: pertama, pendidikan sebagai integrasi ilmu pengetahuan dan agama: tidak parsial tetapi universal, bukan dua hal yang saling bertentangan dan harus dipisahkan, melainkan saling melengkapi. Kedua, pendidikan sebagai cara untuk membuktikan keesaan Allah, sehingga seseorang akan patuh dan taat dalam menjalankan kehidupan di dunia ini dengan penuh keyakinan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Ketiga, pendidikan sebagai upaya untuk merealisasikan idealitas Islam yaitu menghasilkan manusia yang berperilaku Islami dan menghambahkan diri sepenuhnya kepada Allah.

Selanjutnya temuan penelitian disertasi ini sependapat dengan pemikiran K.H. Imam Zarkasyi, bahwa pendidikan harus menggunakan sistem integrasi. Namun, disertasi ini tidak sependapat dengan Ki Hajar Dewantara, seorang pelopor pendidikan nasional Indonesia. Beliau mempromosikan konsep pendidikan yang lebih menekankan pada kebebasan individu dan nilai-nilai budaya nasional. Tetapi, Ki Hajar mengakui pentingnya agama dalam pendidikan, hanya saja pendekatannya lebih sekuler dibandingkan dengan konsep integrasi Natsir yang menekankan integrasi yang kuat antara pendidikan agama dan umum.

Di sisi lain, dalam pandangan Ki Hajar Dewantara dan Mohammad Natsir sama-sama mendukung pendidikan yang berorientasi pada budaya nasional dan karakter bangsa, pandangan mereka terhadap integrasi pendidikan agama dengan pendidikan umum cukup berbeda. Ki Hadjar lebih cenderung memisahkan aspek agama sebagai salah satu komponen dari pendidikan, bukan sebagai landasan utama yang mengintegrasikan semua aspek pendidikan, sedangkan Natsir lebih menyoroti pentingnya nilai-nilai agama sebagai bagian integral dari pendidikan. Perbedaan ini mencerminkan perbedaan dalam landasan filosofis dan pandangan mereka terhadap peran agama dalam pembentukan individu dan masyarakat.

Sugiharto berhasil mempertahankan Disertasinya di bawah bimbingan Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag, dan tim penguji Prof. Dr. Zulkifli, MA, Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Prof. Dr. Armai Arief, M.Ag, Prof. Dr. Abuddin Nata, MA, Prof. Dr. Amirul Hadi, MA, Ph.D, dan Prof, Dr. Muhammad Zuhdi, M.Ed, Ph.D.

Setelah memperhatikan penulisan disertasi, komentar tim penguji dan jawaban promovendus, tim penguji menetapkan bahwa Sugiharto lulus dengan predikat sangat memuaskan. Sugiharto  merupakan Doktor ke-1586 dalam bidang Pengkajian Islam, pada program doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Al Mudzill/Hafidhoh/JA)