Angkat Riset Gender dalam Perspektif Kosmologi Sachiko Murata, Fardiana Fikria Qur’any Jadi Doktor ke-1531
Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SEKOLAH: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (SPs UIN Jakarta) menggelar Sidang Promosi Doktor di ruang Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA pada Selasa, 20 Februari 2024 pukul 13.00-15.00 WIB.
Promovenda atas nama Fardiana Fikria Qur’any merupakan mahasiswa doktoral konsentrasi Pemikiran Islam sekaligus dosen pada Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fardiana berhasil mempertahankan disertasi dengan judul, “Relasi Gender dalam Perspektif Kosmologi Sachiko Murata” di hadapan dewan penguji yang terdiri dari Prof. Dr. Zulkifli, MA; Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, MA; Prof. Dr. Zainun Kamaluddin Fakih, MA; dan Dr. Edwin Syarip, M.Ag (co-promotor, wafat pada 12 Februari 2024 lalu). Tim penguji terdiri dari Prof. Dr. Sukron Kamil, MA, Prof. Dr. Media Zainul Bahri, MA dan Prof. Dr. Bambang Irawan, M.Ag
Dari disertasi ini, terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, Geneologi pemikiran kosmologi Sachiko Murata didasarkan pada dua pemikiran besar, yakni kosmologi sufistik dan kosmologi Cina.
Kedua, terdapat tiga prinsip dari Sachiko Murata yang menjadi struktur pemikirannya. Ketiga prinsip tersebut adalah prinsip transenden-imanen terkait dualitas Tuhan, interaksi nama-nama Tuhan, dan perkawinan.
Ketiga, hakikat manusia sebagai bagian dari alam semesta atau disebut sebagai mikrokosmik dalam perspektif kosmologi Islam. Konsepsi ini berangkat dari prinsip dasar kosmologi, yakni terdapat sisi transenden dan imanen dalam diri manusia baik dia seorang laki-laki maupun seorang perempuan. Selanjutnya, nama-nama Tuhan bermanifestasi dalam diri manusia dalam bentuk feminis-maskulin. Perkawinan manusia merupakan perkawinan akal dan hati sebagai entitas batin diri manusia.
Keempat, adanya konstruksi relasi gender Murata dengan relevansi terhadap isu-isu gender dan perkawinan. Promovenda menjelaskan dalam disertasinya bahwa Murata memberikan tawaran relasi gender dengan kosmologi Islam. Tawaran ini berangkat dari manusia yang berpasang-pasangan. Dilihat dari segi ontologinya, watak laki-laki dan perempuan sesuai struktur penciptaannya, sementara dari segi horizontal sosial, watak laki-laki dan perempuan tergantung pada kecenderungan yang mengarahkannya.
Promevenda menjelaskan dalam sidang terbukanya bahwa perkawinan atau relasi antara laki-laki dan perempuan yang didasarkan cinta bermakna saling memberi. Sementara relasi perkawinan yang didasarkan kuasa akan menjadi alat untuk mencapai tujuan.
Sebelum menutup sidang, Prof. Zulkifli memberi saran agar disertasi dilengkapi dengan keterangan jelas mengenai level atau tingkat seperti apa laki-laki dan perempuan dianggap setara.
Setelah berhasil menjawab pertanyaan-pertanyaan para penguji, Promovenda berhasil menuntaskan studi doktoralnya dengan predikat sangat memuaskan, sekaligus menjadi doktor ke-1531. (Hafidhoh/Suwendi/J)