Kajian Ramadan: Spektrum Budaya Akademik SPs UIN Jakarta
Kajian Ramadan: Spektrum Budaya Akademik SPs UIN Jakarta

Annisa Nurul Chaerani dan Ahmad Syifa

Mahasiswa Magister SPs UIN Jakarta

Kultur akademik merupakan aspek penting yang  membentuk lanskap intelektual sebuah universitas. Ia bukan sekadar kumpulan aturan atau tradisi, tetapi mencerminkan nilai, kepercayaan, dan praktik yang hidup dalam keseharian kampus. Semua itu membentuk kualitas pendidikan, kemampuan berpikir kritis, dan semangat inovasi civitas akademika untuk tumbuh bersama. Kultur akademik bahkan menjadi fondasi utama dalam melahirkan aktor-aktor intelektual yang siap menghadapi tantangan zaman.

Atmosfer kampus yang mendukung kreativitas dan berpikir kritis sangat menentukan perkembangan intelektual mahasiswa. Tak hanya di ruang kelas, keterlibatan mahasiswa dalam diskusi, seminar, dan kegiatan ilmiah lainnya menjadi bagian penting dari pendidikan secara keseluruhan (Kurnia dan Suriani, 2009).

Lebih jauh, kultur akademik yang kuat juga mencerminkan kualitas institusi pendidikan tinggi itu sendiri. Ia menjalin ikatan antara mahasiswa dan dosen, serta menciptakan nilai-nilai bersama yang memperkuat kolaborasi akademik. Dalam jangka panjang, hal ini berkontribusi besar  bagi peningkatan mutu pendidikan (Pedraja, dkk, 2022).

Sebaliknya, kultur akademik yang terlalu kaku, justru dapat menghambat inovasi. Universitas sebagai sebuah ekosistem harus mampu menyeimbangkan antara warisan tradisi dan kebutuhan pendidikan kontemporer (Liu, 2022). Tantangannya adalah bagaimana membangun kultur akademik yang adaptif dengan zaman namun tetap berakar pada nilai-nilai intelektual yang matang.

“Kajian Ramadan” sebagai Inisiatif

Sebagai wujud nyata dari upaya membangun kultur akademik yang menyapa tantangan zaman, komunitas mahasiswa Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Kajian Ramadhan pada 1-25 Maret 2025 secara daring.  Program ini tidak hanya menjadi sarana pembelajaran, tetapi juga ruang dialog dan refleksi kritis terhadap berbagai isu keislaman terkini.

Dengan menghadirkan narasumber terpilih dari dalam dan luar negeri, Kajian Ramadhan menawarkan perspektif yang beragam, sehingga memperkuat atmosfer akademik yang terbuka dan mendorong kolaborasi intelektual lintas disiplin dan lintas keilmuan.

Keikutsertaan peserta yang berasal dari civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun masyarakat umum, menunjukkan bagaimana kultur akademik dapat menembus batas-batas formal kampus. Melalui forum ini, mahasiswa dan masyarakat dapat berinteraksi, berdiskusi, serta menguji gagasan secara ilmiah dalam suasana yang inklusif dan reflektif. Model kajian seperti ini sekaligus menguatkan peran universitas sebagai inkubator ilmu pengetahuan yang responsif terhadap perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat, sekaligus menegaskan pentingnya kultur akademik yang terbuka terhadap dialog multidimensi.

Jumlah peserta Kajian Ramadan yang konsisten hadir mencapai rata-rata 30 orang setiap sesi menunjukkan minat dan komitmen yang kuat terhadap diskusi ilmiah yang diselenggarakan. Bahkan pada beberapa sesi, kehadiran peserta meningkat hingga lebih dari 50 orang, menandakan bahwa topik yang diangkat mampu menarik perhatian luas dan menjadi sarana yang penting untuk mempercakapkan gagasan.

Meski banyak peserta berasal dari kalangan mahasiswa Sekolah Pascasarjana UIN, kehadiran peserta dari berbagai institusi lain pun turut memberikan warna tersendiri dalam dinamika diskusi. Keberagaman latar belakang peserta tersebut memperkaya diskusi dengan perspektif yang lebih luas dan beragam, sekaligus memperkuat jejaring akademik lintas institusi. Keragaman konsentrasi keilmuan mahasiswa SPs itu sendiri pun memberikan nuansa percakapan pemikiran yang cukup dinamis.

Flyer Spektrum Ramadhan

Flyer Kegiatan FKMP selama Ramadan

 

Keragaman Narasumber dan Representasi Gender Balance

Seluruh narasumber dalam Kajian Ramadhan SPs 1446 H dipilih secara selektif berdasarkan keahlian dan minat mereka terhadap tema yang diangkat. Pemilihan ini menjamin setiap sesi diisi oleh para pakar yang benar-benar memahami topik dan mampu menyampaikan materi secara mendalam sekaligus relevan. Ada 12 narasumber yang berpartisipasi, terdiri dari enam laki-laki dan enam perempuan, sebuah komposisi yang menunjukkan komitmen kuat UIN terhadap inklusivitas dan kesetaraan gender di ranah akademik.

Kehadiran narasumber perempuan yang membahas topik-topik penting, seperti Dr. Nina Mariani Noor, S.S., MA. dengan kajian tentang pakaian wanita Muslim di Asia Tenggara, dan Aisah Putri Budiatri, MA. yang mengkaji ideologi toleransi Nahdlatul Ulama, menunjukkan keterlibatan aktif perempuan dalam membentuk pemahaman keislaman dari perspektif gender. Dapat direfleksikan di sini bahwa perempuan bukan hanya objek kajian, tapi juga subjek aktif dalam wacana akademik Islam.

Begitu pula eksistensi akademisi perempuan tersebut yang membahas isu-isu sosial, budaya, dan politik Islam menandakan bahwa perempuan juga memainkan peran penting dalam ruang diskursif kontemporer, termasuk dalam hal diplomasi, migrasi, dan krisis kemanusiaan, sehingga perspektif gender menjadi bagian integral dari analisis terhadap isu-isu tersebut.

Keragaman latar belakang bidang studi para narasumber juga memperkuat kualitas kajian. Mereka berasal dari berbagai disiplin ilmu—mulai dari sejarah Islam, kajian budaya, serta sosiologi, sehingga diskusi tidak hanya terbatas pada satu sudut pandang. Hal ini memperluas cakrawala peserta dan membuka ruang dialog yang lebih kaya.

Misalnya kajian “Muslim Women's Dress in Southeast Asia” oleh Dr. Nina Mariani Noor, S.S., MA. memberikan perspektif yang kaya karena mengungkap bagaimana busana bukan sekadar balutan kain, melainkan tersimpan narasi tentang bagaimana perempuan Muslim merundingkan nilai-nilai lokal, pengaruh global, serta ekspektasi sosial, menjadikannya titik temu antara iman, budaya, dan politik tubuh.

Kajian “Humanitarian Crisis in Palestine” oleh Zezen Zaenal Mutaqin, S.J.D. menawarkan perspektif yang kaya karena menyatukan aspek kemanusiaan, agama, dan politik global dalam satu isu yang sangat relevan dan mendesak. Krisis kemanusiaan di Palestina bukan hanya tentang penderitaan fisik, tetapi juga mencerminkan, settler colonialism, ketidakadilan struktural, pelanggaran hak asasi manusia, dan sikap solidaritas multi-identitas, serta peran umat Muslim dalam diplomasi kemanusiaan global.

Dalam hal ini, respons aktif dari mahasiswa SPs dan peserta umum terhadap sesi-sesi tersebut menunjukkan bahwa kualitas narasumber yang mumpuni dan beragam bidang studinya berhasil menciptakan diskusi yang hidup dan produktif. Tidak hanya penyampaian materi yang kaya, tetapi juga kemampuan para pembicara dalam membangkitkan rasa ingin tahu dan keterlibatan peserta menjadi kunci keberhasilan program ini.

 

Upaya Memajukan Pendekatan Interdisipliner

Pendekatan interdisipliner dalam Kajian Ramadhan SPs UIN Jakarta terlihat dari keberagaman topik dan latar belakang keilmuan para narasumber yang dihadirkan. Diskusi tidak hanya fokus pada aspek teologis atau normatif Islam, tetapi juga membentang ke ranah politik, budaya, gender, diplomasi, hingga migrasi global.

Dengan menyatukan berbagai disiplin ilmu dalam satu forum, Kajian Ramadhan turut memperkaya cara pandang mahasiswa dan akademisi terhadap realitas keislaman kontemporer. Dalam hal ini, interdisiplin bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan dalam membangun studi Islam yang mampu merespons kompleksitas tantangan zaman secara kritis dan kreatif.

Berikut adalah gambaran keragaman interdisiplinaritas tema yang didiskusikan dalam Kajian Ramadhan SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

No Tema  Judul Kajian Narasumber
1 Islam dalam Dinamika Sosial dan Politik Siklus Kekerasan Islamis di Indonesia Pasca Orde Baru Dr. M. Zaki Mubarak, S.IP., M.Si.
Islam and Diplomacy Dara Yusilawati, MA.
Humanitarian Crisis in Palestine Zezen Zaenal Mutaqin, S.J.D.
Globalisasi Migrasi Tenaga Kerja Dr. Anna Sabhana Azmy, M.I.P.
The Ideology of Tolerance among Nahdlatul Ulama Agents Aisah Putri Budiati, MA.
2 Islam, Budaya, dan Identitas Musisi Hijrah dalam Arena Budaya Populer Dr. Rahmat Hidayatullah, MA
Reading the Signs: Engaging Semiotic in Islamic Studies Tommy Christomy, Ph.D.
Kopi dan Komunitas Intelektual dalam Sejarah Islam Dr. Awaliya Rahma, MA.
Muslim Women's Dress in Southeast Asia Dr. Nina Mariani Noor, S.S., MA.
3 Tradisi Keagamaan dan Kehidupan Komunitas Menelisik Tarekat Budsyisyiyah Dr. Alvian Iqbal Zahasfan, SSI., Lc., MA.
Puasa dalam Tradisi Masyarakat Nusantara Dr. Ngatawi Al-Zastrouw
The Family in Contemporary Indonesia Ariane Utomo, Ph.D.

 

Tiga kategori utama yaitu Islam dalam Dinamika Sosial dan Politik, Islam, Budaya, dan Identitas, serta Tradisi Keagamaan dan Kehidupan Komunitas menunjukkan bahwa Islam tidak hanya dikaji dari aspek normatif-teologis dan doktriner, tetapi juga dari sudut pandang politik, budaya, antropologi, sosiologi, diplomasi, gender studies, bahkan semiotika. Ini merupakan bentuk pengayaan tradisi keilmuan Islam yang membuka diri terhadap pendekatan sosial humaniora modern.

Para narasumber berasal dari latar keilmuan yang sangat beragam antara lain ilmu politik (Dr. Zaki Mubarak, S.IP., M.Si.), hubungan internasional (Dara Yusilawati, MA.), hukum internasional (Zezen Zaenal Mutaqin, S.J.D.), antropologi migrasi (Dr. Anna Sabhana Azmy, M.I.P.), cultural studies (Dr. Rahmat Hidayatullah, MA.), semiotika (Tommy Christomy, Ph.D.), hingga sosiologi keluarga dan gender (Ariane Utomo, Ph.D.). Ini mengindikasikan bahwa Islam sebagai objek kajian mampu dikaitkan dengan berbagai bidang ilmu, sehingga menghasilkan perspektif yang lebih kompleks dan kontekstual.

Beberapa tema seperti “Humanitarian Crisis in Palestine”, “Globalisasi Migrasi Tenaga Kerja”, dan “Musisi Hijrah dalam Budaya Populer” menunjukkan upaya pembacaan Islam dalam konteks problematika aktual, yang menuntut analisis kritis dan lintas-disiplin. Hal ini memperlihatkan semangat untuk menjadikan kajian Islam tidak terlepas dari realitas sosial-politik global, dan menjadi medan reflektif atas dinamika masyarakat Muslim kontemporer.

Kajian seperti “Puasa dalam Tradisi Masyarakat Nusantara” atau “Kopi dan Komunitas Intelektual dalam Sejarah Islam” menggambarkan pergeseran dari pendekatan tekstual-normatif menuju pendekatan etnografis, historis, dan kultural. Ini menunjukkan bahwa tradisi akademik di SPs UIN Jakarta mulai berkembang ke arah yang lebih reflektif, empiris, dan menyapa kehidupan nyata umat Islam.

Mengapa Pendekatan Interdisipliner Penting?

Pendekatan interdisipliner penting dalam kultur akademik kampus terletak pada kemampuannya membangun ruang dialog antar-disiplin yang memperkaya cara berpikir dan memecahkan persoalan. Dengan mendorong kolaborasi lintas bidang, pendekatan ini membuka peluang bagi terciptanya inovasi dan solusi yang lebih menyeluruh terhadap masalah sosial yang kompleks.

Pendekatan interdisipliner memungkinkan analisis yang lebih mendalam terhadap isu-isu kompleks seperti krisis iklim dan problem kesehatan masyarakat modern, melalui penggabungan wawasan dari disiplin seperti biologi, ilmu sosial, dan teknik (Lu, 2016). Hal ini juga mendorong tumbuhnya pemikiran kritis dan kreativitas, sehingga peneliti dapat menghasilkan solusi yang lebih menyeluruh dan sering kali terlewatkan jika hanya menggunakan mono-perspektif keilmuan (Kaur, 2024).

Dalam konteks studi Islam, pendekatan interdisipliner membantu dalam mengkontekstualisasikan pesan-pesan Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, sehingga dapat dipahami dan diaplikasikan secara relevan di berbagai masa dan tempat (Rohmatika, 2019). Dengan mengoyak batas perspektif dari berbagai disiplin ilmu, metode ini memungkinkan pemahaman yang lebih holistik dan menyeluruh tentang Islam, serta menghubungkan aspek teologis, sosial, dan budaya secara koheren (Notonegoro, 2023).

Pendekatan interdisipliner menjadi sangat krusial dalam menghadapi isu-isu modern seperti globalisasi, kemajuan teknologi, serta dinamika sosial dan politik masa kini. Dengan mengintegrasikan disiplin seperti sosiologi, antropologi, dan sejarah, pendekatan ini mampu memberikan pemahaman baru yang lebih mendalam mengenai praktik keagamaan Islam dan akar sejarahnya (Rusli, 2023).

Selain itu, studi Islam interdisipliner mendorong berkembangnya pemikiran kritis dan inovatif yang memperkaya wacana keilmuan dalam kajian Islam. Pendekatan ini juga membuka ruang untuk menerima kritik konstruktif sekaligus mendorong terciptanya peradaban Islam yang  kosmopolitan, menghormati pluralisme dan hak asasi manusia (Sholikah et al., 2022). Pendekatan ini menegaskan pentingnya dialog lintas disiplin untuk memahami kompleksitas Islam dalam konteks global yang terus berubah.

Oleh karena itu, pendekatan interdisipliner tidak hanya memperluas cakrawala akademik tetapi juga memperkuat relevansi kajian Islam dalam menjawab tantangan zaman. Melalui kolaborasi lintas disiplin, kajian Islam menjadi lebih dinamis, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan sosial, budaya, dan teknologi, sekaligus mampu membangun dialog yang konstruktif dalam masyarakat yang majemuk dan kompleks.

Pendekatan ini membuka peluang bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang tidak hanya kritis dan inovatif, tetapi juga humanis dan berorientasi pada keadilan sosial, sehingga menjadi landasan penting bagi kemajuan intelektual dan spiritual di kampus maupun masyarakat luas.

Bagaimana Kajian Ramadhan Berjalan?

Kajian Ramadhan diselenggarakan secara demokratis dengan mengedepankan dialog terbuka dan interaksi aktif antara narasumber dan peserta diskusi. Melalui sesi tanya jawab, komentar, dan tanggapan, setiap peserta diberikan ruang untuk menyampaikan pandangan dan mempertanyakan materi yang disampaikan. Pendekatan ini tidak hanya memperkaya pemahaman bersama, tetapi juga mendorong keterlibatan kritis dan reflektif, sehingga kajian menjadi proses pembelajaran yang inklusif dan partisipatif bagi seluruh pihak yang terlibat.

Peran mahasiswa sebagai moderator dalam Kajian Ramadhan tidak hanya sekadar memandu jalannya diskusi, tetapi juga menjadi bagian penting dari proses pembelajaran yang aktif. Dengan berinteraksi langsung bersama narasumber akademisi senior, mahasiswa memperoleh pengalaman praktis dalam mengelola diskusi ilmiah, sekaligus mengasah kemampuan komunikasi dan berpikir kritis.

Siti Rohwati, salah satu moderator dalam kegiatan ini, menyatakan bahwa kesempatan tersebut dimaknai sebagai peluang untuk memperluas jejaring akademik, meningkatkan rasa percaya diri, serta melatih keterampilan yang sangat berguna untuk pengembangan karier akademik maupun profesional di masa depan.

Antusiasme peserta dalam Kajian Ramadhan sangat terasa melalui banyaknya pertanyaan yang muncul, terutama ketika topik yang dibahas berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari mereka atau didasarkan atas daya tarik yang kuat. Misalnya, sesi yang dipandu oleh Pak Tommy berhasil menciptakan suasana diskusi yang hidup dan interaktif, yang menunjukkan betapa relevannya tema tersebut bagi pengembangan studi Islam kontemporer. Hal ini memperkuat fungsi kajian sebagai ruang refleksi kritis dan dialog yang terbuka antara akademisi dan peserta.

Begitu pula dengan sesi yang dibawakan oleh Dr. Awalia tentang kopi, yang mampu menarik perhatian dengan pendekatan yang ringan namun tetap menggali makna budaya Islam secara mendalam. Selain itu, sesi Dr. Anna tentang migrasi tenaga kerja juga mendapat respons positif, khususnya dari komunitas profesional dan sponsor seperti Pramana Group, yang menunjukkan keterkaitan langsung kajian ini dengan isu-isu sosial-ekonomi terkini.

Kajian Ramadhan berhasil menjadi wadah diskusi yang tidak hanya akademis tetapi juga relevan dengan kebutuhan masyarakat luas. Setiap sesi tidak hanya menjadi ajang penyampaian materi, tetapi juga ruang pertukaran gagasan yang dinamis dan dialogis, menciptakan hubungan timbal balik antara narasumber dan peserta dari berbagai latar belakang keilmuan dan pengalaman. Kehadiran komunitas profesional turut menunjukkan bahwa kajian semacam ini mampu menembus batas kampus dan menjangkau kepentingan publik yang lebih luas.

Penutup

Kajian Ramadhan bukanlah sebuah inisiatif yang sepenuhnya baru, melainkan merupakan kelanjutan dan pengayaan dari kegiatan-kegiatan akademik yang telah lebih dulu berjalan di SPs UIN Jakarta, seperti Public Lecture dan Kajian Kamisan. Kehadirannya memperkuat tradisi intelektual yang telah terbentuk, dengan tetap mempertahankan semangat dialogis dan demokratis terhadap ragam perspektif keilmuan. Namun yang menarik, Kajian Ramadhan berperan sebagai jembatan yang menghubungkan kultur akademik reguler dengan nuansa spiritualitas bulan suci Ramadhan, menciptakan ruang belajar yang tidak hanya rasional tetapi juga reflektif secara spiritual.

Melalui pendekatan ini, peserta tidak hanya diajak memahami konteks keislaman dalam bingkai ibadah Ramadan, tetapi juga mendapatkan wawasan segar mengenai irisan antara Islamic Studies dan berbagai bidang ilmu kontemporer. Kajian yang menjadi ruang belajar tanpa sekat disiplin ini, memungkinkan eksplorasi tema-tema seperti budaya, ekonomi, migrasi, hingga diplomasi, dalam kerangka pemikiran Islam yang relevan dengan tantangan kehidupan kontemporer.

Flyer Spektrum Ramadhan 1

Dokumentasi kegiatan mahasiswa di media sosial dapat dilihat pada link berikut: https://www.instagram.com/spsuinjkt_fkmp?igsh=MXhwbXJ4djg0ejE4ZA==

Referensi

Kaur, H. 2024. Interdisciplinary Approaches in Social Sciences Education: Breaking Down Academic Silos, 125–132. https://doi.org/10.58532/v3bgso8p2ch5.

Kurnia, S. S., and Suriani, S. 2009. “Budaya Akademik Internasional Mahasiswa Indonesia di Australia dan Kanada.” Mimbar 25 (2): 119–142. https://doi.org/10.29313/MIMBAR.V25I2.282.

Liu, Z. 2002. “On Culture of the Universities.” https://en.cnki.com.cn/Article_en/CJFDTOTAL-HEBS200204001.htm.

Lu, G. M. 2016. “Science without Boundary: Interdisciplinary Research.” National Science Review 3 (3): 263. https://doi.org/10.1093/NSR/NWW021.

Notonegoro, N. 2023. “Islamic Study with an Integrative-Interdisciplinary Approach.” In Proceeding of Saizu International Conference on Transdisciplinary Religious Studies, 210–220. https://doi.org/10.24090/icontrees.2023.340.

Pedraja-Rejas, L., Rodríguez-Ponce, E., and Labraña, J. 2022. “The Impact of Academic Culture on Undergraduate and Postgraduate Training: A Conceptual Model Proposal.” https://doi.org/10.6084/m9.figshare.20278185.

Rohmatika, R. V. 2019. “Pendekatan Interdisipliner dan Multidisipliner dalam Studi Islam.” Al-A'raf: Jurnal Pemikiran Islam dan Filsafat 14 (1): 115–132. https://doi.org/10.24042/AJSLA.V14I1.4681.

Rusli, Muh. 2023. “Interdisciplinary Approach on Contemporary Islam in Indonesia.” Jurnal Adabiyah 23 (2): 355–378. https://doi.org/10.24252/jad.v23i2a13.

Sholikah, S., Mumtahanah, N., and Fahruddin, A. H. 2022. “Urgensi Kajian Keislaman dengan Pendekatan Multidisipliner dalam Menghadapi Isu-Isu Kontemporer.” Akademika 16 (1). https://doi.org/10.30736/adk.v16i1.915.