Melalui Jalur Laut, Dua Peserta ICIIS 2024 Menuju Manado
Manado, BERITA SEKOLAH - Dengan menumpang kapal laut Pelni Sinabung rute Surabaya-Jayapura, Aisah dan Amalina Zukhrufatul Bahriyah, dua mahasiswi magister SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta akhirnya sampai di Pelabuhan Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Empat hari perjalanan laut yang menyusuri “kaki dan tangan” Pulau Sulawesi tentu menyisakan kesan tersendiri yang tak kan terlupakan. Pengalaman menyaksikan sunset dan sunrise dari posisi berdiri diatas hamparan laut lepas mungkin tak kan terulang.
“Laut luas dengan ombak yang kadang mengganas itu memang cukup menciutkan nyali. Tapi saya mendapatkan kesan keindahan yang tidak saya dapatkan melalui perjalanan darat,” ungkap Aisah mengenang perjalanan maritimnya. “Untungnya ukuran kapal yang cukup besar membuat perjalanan terasa stabil dan lancar jaya,” Amalina menimpali.
Selama perjalanan laut, mereka berdua memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan presentasi dalam bahasa Inggris dalam sebuah forum tahunan yang diselenggarakan oleh SPs UIN Jakarta. Aisah akan mempresentasikan topik Islam dan disability yang berjudul: Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama Faith Based Organizations in Disability Empowerment in Indonesia, sementara Amalina menyajikan topik hukum Islam, ‘Police Law Enforcement through Restorative Justice in the Perspective of Islamic Criminal Law.’
Di atas kapal yang berbobot 4000 ton lebih itu, keduanya juga mendapatkan pengalaman menarik mirip fieldwork ‘masyarakat nusantara’. Ibu-ibu dari Banggai misalnya dengan penuh semangat menceritakan “the wonder land of Sulawesi” dengan kisah-kisah ajaib dari kupu-kupu hitam, tokek hingga semut raksasa. Mereka juga menyaksikan rombongan Jama’ah Tabligh dengan penampilan khasnya menaiki kapal ketika singgah di Makassar. Di kalangan masyarakat kepulauan, transportasi kapal laut nampaknya menjadi kebutuhan sehari-hari yang cukup diminati.
Ombak dan arus Laut Maluku dan Banda yang cukup kuat membuat sebagian penumpang pemula mabuk laut, termasuk Aisah. Badannya demam dan tenggorokannya tergangggu hingga memicu batuk ringan. Untungnya ia sudah mempersiapkan obat antisipatif sejak awal perjalanannya. Ia akhirnya menghabiskan separuh terakhir perjalanannya untuk beristirahat. Gerimis kecil diatas geladak kapal saat itu tak sempat ia perhatikan.
Di pertengahan September 2024, kedua perempuan asal Riau dan Cilacap ini menginjakkan kaki pertama kali di tanah Minahasa. Kesejukan angin pantai lewat tengah hari telah menghalau terik matahari yang cukup menyengat. Masih 1 jam perjalanan naik bus menuju Manado. Segera saja mereka bergegas menuju kota dengan julukan Kota Dabu-dabu untuk sebuah perhelatan akademik yang dikenal dengan ‘International Colloquium on Interdisciplinary Islamic Studies’ (ICIIS) ketujuh, yang diselenggarakan pada tanggal 18-21 September 2024 di Hotel Sintesa Peninsula, Manado.
Sesampainya dilokasi acara, kedua peserta ICIIS ini menyaksikan sudah banyak peserta yang hadir bersama narasumber dari berbagai negara yang begitu antusias dalam mensukseskan festival gagasan studi Islam ini. Atmosfir akademik yang muncul dari tema kolokium: ‘Rethinking Interdisciplinary Islamic Studies for Sustainable Development in the Digital Age’ menyisakan harapan tentang produksi Ilmu pengetahuan yang berkualitas dan bertaraf internasional dari para sarjana dan peneliti. (DH/JA)