Seminar for Graduate Students, Jaringan Pertemanan Kunci Sukses Akademik, Bukan Hanya Kecerdasan
Seminar for Graduate Students, Jaringan Pertemanan Kunci Sukses Akademik, Bukan Hanya Kecerdasan

Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SPs - Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan Seminar for Graduate Students yang digelar pada Rabu, 15 Oktober 2025 di Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA, dengan pembicara Prof. Dr. Lysann Zander (Leibniz University Hannover, Germany) dan Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, MA, Ph.D (UIN Syarif HIdayatullah Jakarta. Seminar ini menyoroti bahwa jaringan pertemanan adalah kunci kesuksesan akademik, bukan hanya kecerdasan individual.

Kegiatan seminar ini menjadi bukti nyata komitmen pimpinan SPs UIN Jakarta dalam meningkatkan kompetensi mahasiswa baik magister maupun doktoral. Acara dibuka oleh  Ketua Program Studi Doktor Pengkajian Islam, Prof. Dr. JM. Muslimin, MA, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kehadiran dua narasumber, berharap ilmu yang disampaikan akan membawa manfaat yang nyata bagi seluruh peserta.

Prof. Dr. Lysann Zander dari Leibniz University Hannover, Jerman, menyampaikan hasil risetnya yang berjudul "The Power of We: From Doubt to Development." Penelitiannya secara tegas menyoroti peran penting rasa memiliki (belonging) dan komunikasi sebaya dalam menopang kesuksesan akademik.

Prof. Zander menjelaskan bahwa mahasiswa, khususnya yang baru memulai perkuliahan, seringkali menghadapi keraguan diri. Namun, penelitiannya menemukan bahwa masalah ini dapat diatasi secara efektif dengan secara aktif mencari dan menerima dukungan dari teman sebaya. Jaringan pertemanan yang kuat terbukti bukan sekadar dukungan emosional, melainkan fondasi vital bagi pencapaian akademik yang optimal.

Seminar for Graduate Students spsuinjkt 1

Kunci efektivitas dalam jaringan ini, menurut Prof. Zander, terletak pada cara mahasiswa meminta bantuan. Ia merekomendasikan strategi meminta bantuan secara instrumental (instrumental help-seeking), yaitu dengan mengajukan pertanyaan yang berfokus pada pemahaman proses atau strategi, alih-alih sekadar meminta jawaban. Pendekatan ini terbukti memprediksi pembelajaran yang lebih mendalam dan hasil akademik yang lebih baik.

Selain itu, penting untuk membangun jaringan yang didasarkan pada timbal balik (reciprocity)—suatu kondisi di mana mahasiswa merasa nyaman untuk meminta dan pada saat yang sama menawarkan bantuan. Mekanisme timbal balik ini tidak hanya memperkuat jaringan dukungan, tetapi secara intrinsik juga meningkatkan rasa memiliki mereka dalam komunitas akademik.

Prof. Zander menambahkan bahwa hubungan sebaya juga memperkaya pengalaman belajar melalui dialog sosial, menciptakan ruang berisiko rendah di mana kesalahan tidak dihukum, melainkan diubah menjadi "pengetahuan negatif" untuk perbaikan. Lingkungan yang demikian memfasilitasi umpan balik yang jujur dan konstruktif, yang dianggap sebagai investasi dan cerminan kepercayaan dalam hubungan.

Sementara itu, Prof. Maila, memberikan paparan yang kuat tentang pentingnya kolaborasi internasional untuk menaikkan reputasi akademisi Indonesia di mata dunia. Dalam presentasinya, "Visible, Valuable, Connected: Indonesian Scholarship in the Global Arena," ia memaparkan data yang optimis tentang peningkatan pengakuan global.

Prof. Maila mengungkapkan adanya tren positif yang signifikan dalam dunia akademik Indonesia. Jumlah ilmuwan Indonesia yang masuk dalam daftar 2% ilmuwan top dunia versi Stanford/Elsevier telah melonjak lebih dari dua kali lipat, yaitu dari 98 ilmuwan pada tahun 2022 menjadi 209 pada tahun 2025. Kenaikan ini menggarisbawahi bahwa Indonesia mulai mendapatkan tempat dan pengakuan yang lebih besar di panggung akademik internasional.

Seminar for Graduate Students spsuinjkt 2

Sebagai ilustrasi nyata dari manfaat kerja sama lintas budaya, Prof. Maila mempresentasikan kolaborasinya dengan Prof. Dr. Lysann Zander dari Leibniz University Hannover, Jerman. Kemitraan ini berfokus pada analisis perbandingan survei tentang kesejahteraan dan motivasi mahasiswa di tengah pandemi COVID-19, dan telah menghasilkan publikasi serta membuka peluang untuk proyek-proyek berkelanjutan lainnya.

Lebih jauh, ia secara spesifik mendorong mahasiswa pascasarjana, terutama dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), untuk proaktif terlibat dalam proyek-proyek riset yang kolaboratif dan lintas budaya. Prof. Maila juga menyoroti perlunya peningkatan jumlah ilmuwan perempuan Indonesia yang konsisten masuk daftar Top 2%, menekankan bahwa kolaborasi internasional adalah kunci untuk memperkuat karier dan citra institusi.

Seminar yang dimoderatori oleh Asep Haerul Gani (Mahasiswa Doktoral SPs UIN Jakarta) ini berlangsung sangat interaktif, terlihat dari antusiasme dan diskusi yang hidup dari para peserta. Kemajuan akademik merupakan gabungan antara pengembangan keterampilan individu dan pembangunan komunitas yang kuat. Oleh karena itu, setiap mahasiswa pascasarjana memiliki peran aktif untuk saling mendukung dan, pada akhirnya, benar-benar merasa menjadi bagian integral dari lingkungan belajarnya.(JA)