Seminar Nasional SPs UIN Jakarta Bahas Memajukan Studi Islam Interdisiplin
Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema: “Memajukan Studi Islam Interdisiplin: Tren Terkini, Kontribusi, dan Prospek”.
Kegiatan ini dilaksanakan selama dua hari (Rabu-Kamis, 24-25 April 2024) secara hibrida. Total peserta adalah 109 orang dengan rincian penyaji makalah 87 orang dan partisipan sebanyak 22 orang.
Rangkaian kegiatan terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi panel dan sesi paralel. Sesi panel adalah kegiatan seminar yang disampaikan oleh narasumber dan diikuti oleh para akademisi, peneliti, serta praktisi. Adapun sesi paralel adalah kegiatan presentasi makalah yang disampaikan oleh para penyaji.
Tema seminar yang diusung adalah “Tren Terkini dalam Studi Islam Interdisiplin dan Tantangan Integrasi Ilmu Pengetahuan” yang disampaikan oleh Prof. Dr. M. Atho Mudzhar, MSPD, dan tema “Kontribusi dan Prospek Studi Islam dalam Kehidupan Sosial, Politik, dan Budaya” oleh Prof. Dr. H. Husni Rahim, MA. dan Dr. Phil. Syafiq Hasyim.
Prof. Dr. M. Atho Mudzhar, MSPD menyampaikan bahwa salah satu bentuk pendekatan studi Islam interdisipliner adalah dapat menghasilkan pemahaman lebih mendalam tentang Islam, namun juga berpotensi dapat mendangkalkan pemahaman. Sehingga beliau memberikan beberapa langkah dalam mengintegrasikan ilmu umum dan ilmu agama Islam, yaitu: 1) meluruskan filsafat dan tujuan ilmu, 2) mengembangkan dan memperkaya teori, 3) memberikan nilai keislaman dalam penerapan ilmu, 4) menemukan titik temu dengan al-Qur’an dan Hadis, serta 5) memperlakukan ayat al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber inspirasi dan rujukan.
Dalam bidang Pendidikan, Prof. Dr. H. Husni Rahim, MA menyampaikan bahwa pendidikan telah membuka jalur mobilitas vertikal masyarakat dan kaum santri. Beliau juga menekankan bahwa pendidikan adalah pintu perubahan nasib. Lebih lanjut lagi, beliau menyampaikan bahwa terdapat ciri dan identitas khas lembaga pendidikan Islam yang terbagi menjadi dua. Pertama, identitas kelembagaan yakni Islami, populis, beragam, dan berkualitas. Kedua, identitas penyelenggaraan, yakni pendidikan berbasis komunitas dan manajemen berbasis sekolah. Sehingga beliau menekankan agar lembaga pendidikan Islam mampu berjuang menampilkan keunggulannya dalam menghadapi tantangan ke depan.
Dr. Phil. Syafiq Hasyim menjelaskan bahwa kajian studi Islam merupakan kajian agama-agama di Timur. Kajian studi Islam lebih banyak menekankan pada kajian teks filologi, kritik teks, penafsiran. Adapun karya-karya studi Islam di dunia Barat dihasilkan dari disertasi dan proyek riset. Dengan adanya kajian interdisipliner dan multidisipliner, menyebabkan studi Islam tidak terhindar dari tren. Contohnya adalah digital era yang menghasilkan tren digital Islam. (Nabila HZ/Suwendi/JA)