Studium Generale "Etika dan Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Penulisan Karya Ilmiah"
Studium Generale "Etika dan Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Penulisan Karya Ilmiah"

Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SPs - Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengambil langkah maju dalam menyikapi revolusi digital melalui penyelenggaraan Studium Generale bertema "Etika dan Pemanfaatan Artificial Intelligence dalam Penulisan Karya Ilmiah di Era Publikasi Digital." Acara ini, berlangsung di Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA, pada Rabu, 29 Oktober 2025, menandai komitmen serius SPs terhadap integrasi teknologi dengan menjunjung tinggi integritas akademik.

Studium Generale ini menghadirkan narasumber utama Khodijah Hulliyah, M.Si, Ph.D, yang merupakan Direktur Artificial Intelligence Literacy and Innovation Institute (ALII) UIN Jakarta. Diskusi ini dimoderatori oleh Fitri Sari, mahasiswi Doktor dari SPs UIN Jakarta.

Turut hadir pada acara ini adalah Direktur SPs, Prof. Dr. Zulkifli, MA, Sekprodi Doktor Pengkajian Islam, Dr. Maswani, MA, dan Sekprodi Magister Pengkajian Islam, Dr. Rizki Handayani, MA. Kehadiran mereka menegaskan pentingnya topik ini bagi seluruh sivitas akademika pascasarjana.

Dalam paparannya, Dr. Khodijah Hulliyah menyampaikan bahwa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah merumuskan dan menerbitkan kebijakan terkait penggunaan kecerdasan buatan generatif (Generative AI/GenAI). Kebijakan ini dikenal sebagai AI Usage Policy 2025.

Kebijakan ini dirancang sebagai panduan etis untuk memanfaatkan teknologi LLMs (Large Language Models), seperti ChatGPT, Claude, dan Gemini, yang dinilai telah secara fundamental mengubah cara berpikir dan proses ilmiah di dunia akademik.

Studium Generale Artificial Intelligence spsuinjkt 1

Langkah ini menempatkan UIN Jakarta sebagai pelopor di lingkungan perguruan tinggi Islam di Indonesia dalam menyikapi gelombang transformasi yang dibawa oleh teknologi AI.

Inti dari kebijakan ini adalah memposisikan AI sebagai 'co-pilot' sebuah alat pendukung yang kuat bukan sebagai 'autopilot' yang dibiarkan menggantikan proses berpikir sistematis, kedalaman analisis, dan pencarian kebaruan ilmiah (orisinalitas) oleh peneliti.

Isu ini menjadi krusial sebab menulis karya ilmiah, terutama tesis dan disertasi, pada hakikatnya adalah proses sistematis untuk menyintesis literatur dan menemukan kebaruan, bukan sekadar menghasilkan dokumen tebal. GenAI hadir sebagai "asisten riset cerdas" untuk membantu mahasiswa mengatasi tantangan seperti banjir informasi dan keterbatasan waktu.

Dr. Khodijah menekankan filosofi utama: "AI mempercepat proses, tetapi manusia menjaga makna." Ini menggarisbawahi bahwa kecepatan yang ditawarkan AI harus senantiasa diimbangi dengan peran krusial manusia dalam memverifikasi dan menjaga ketulusan mencari kebenaran ilmiah.

Studium Generale Artificial Intelligence spsuinjkt 2

Terkait etika penulisan dan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), pedoman utama AI Usage Policy 2025 adalah bahwa pengguna tetap menjadi pemilik karya yang dibantu oleh AI, namun mereka wajib mencantumkan peran AI dengan jelas dan transparan dalam karya ilmiah mereka.

Secara operasional, penggunaan AI diperbolehkan untuk membantu tahap-tahap awal hingga analisis, termasuk eksplorasi masalah, kajian teori, dan perumusan instrumen metodologi. Namun, kebijakan ini sangat menekankan pentingnya validasi, verifikasi manual, dan sitasi ulang secara cermat oleh mahasiswa di tahap finalisasi, terutama untuk menghindari bias referensi dan memastikan integritas akademik.

Senada dengan narasumber, Direktur SPs, Prof. Dr. Zulkifli, MA, memberikan penegasan: "Di setiap kesempatan saya selalu menyampaikan anda gunakan AI, bukan sebaliknya. Kita tidak mungkin lari dari kemajuan teknologi ini, tapi gunakan dengan etika yang betul." Pesan ini menjadi penutup yang tegas bagi seluruh sivitas akademika SPs UIN Jakarta untuk beradaptasi secara bertanggung jawab.(JA)