Syahirul Alim teliti Ulama dan Kolonialisme Belanda pada Ujian Promosi Doktor Ke-1537
Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SEKOLAH: Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta gelar ujian promosi doktor ke-1537 di Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA. Pada Hari Kamis, 29 Februari 2024.
Promovendus Syahirul Alim merupakan mahasiswa program doktor S3 Program Studi Pengkajian Islam konsentrasi Agama dan Politik dengan judul disertasi “Ulama dan Kolonialisme Belanda: Respons Syekh Nawawi Banten dan Sayid Usman”. Bertindak sebagai ketua sidang Prof. Dr. Zulkifli, MA., sebagai promotor Prof. Dr. Azyumardi Azra, CBE.(alm), Prof. Dr. Ali Munhanif, MA., Dr. Fuad Jabali, MA, serta sebagai tim penguji Prof. Dr. M. Atho Mudzhar, MSPD, Prof. Dr. Jajat Burhanudin, MA dan Prof. Jajang Jahroni, MA, Ph.D dan sekretaris sidang Dr. Maswani, MA.
Pada disertasi ini promovendus meneliti Ulama dan Kolonialisme Belanda dengan dibatasi studinya pada dua tokoh yaitu Syekh Nawawi Banten dan Sayid Usman. Secara garis besar peneliti fokus pada tiga permasalahan yang diungkapkan. Pertama, mengungkap mengenai wacana intelektual-keagamaan itu terbentuk dalam locus keulamaan Nusantara pada era kolonialisme Belanda. Kedua, respons ulama dalam menghadapi ketegangan dan konflik yang terjadi berkaitan dengan kebijakan politik kolonialisme Belanda. Ketiga, sejauh mana eksistensi keulamaan berpengaruh dalam arus perubahan sosial-kultural di tengah hegemoni politik kolonialisme.
Promovendus menemukan bahwa respons Syekh Nawawi terhadap kolonialisme Belanda yaitu dengan menggagas suatu gerakan intelektual-kultural melalui tradisi penulisan dan penyebaran kitab berbahasa Arab, kepada para muridnya yang berasal dari Nusantara. Sebagai representasi dari kalangan ulama yang merespons negatif kolonialisme Belanda, Syekh Nawawi seringkali dikategorikan ke dalam ulama perspektif anti-kolonial. Hal tersebut merupakan sikapnya yang jelas atas ketidaknyaman dirinya atas kolonialisme.
Selain Syekh Nawawi, promovendus mengulas Sayid Usman yang merupakan figur akomodasionis sehingga tak jarang ia dicurigai oleh kalangan muslim lainnya sebagai agen kolonial. Hal tersebut didukung karena posisinya sebagai penasihat dalam administrasi kolonial dan menjadikannya sebagai “ulama-birokrat”. Sebagai ulama dalam pemberian fatwa ia harus menyesuaikan dengan kedudukannya sebagai “pegawai” Kolonialisme Belanda.
Melalui penelitian ini promovendus berharap “Saya ingin menyatakan bahwa pada perkembangan masa kolonialisme Belanda terdapat gerakan intelektual dan kultural” Ucap Syahirul Alim
Setelah memperhatikan penulisan disertasi, komentar tim penguji dan jawaban promovendus, tim penguji menetapkan bahwa Syahirul Alim lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. Syahirul Alim merupakan doktor ke-1537 dalam bidang Pengkajian Islam, konsentrasi Agama dan Politik, pada program doktor Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. (Farkhan Fuady/J)