Ujian Promosi Doktor Muhammad Asgar Muzakki, Hadis-hadis Bercorak Antisemitisme Tinjauan Hermeneutika Fazlur Rahman
Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SPs: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (SPs UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Ujian Promosi Doktor ke-1626 di Ruang Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta pada Senin, 30 Juni 2025 dengan promovendus Muhammad Asgar Muzakki.
Muhammad Asgar Muzakki merupakan mahasiswa program Doktor Pengkajian Islam dengan Konsentrasi Hadis dan Tradisi Kenabian. Asgar menulis disertasi dengan judul "Hadis-hadis Bercorak Antisemitisme (Tinjauan Hermeneutika Fazlur Rahman atas Hadis Konflik dan Prediktif)"
Disertasi Asgar mengusung tiga tujuan utama yang komprehensif: pertama, menelaah dan mengklasifikasikan hadis-hadis yang bercorak antisemitisme; kedua, menganalisis secara mendalam tinjauan hermeneutika Fazlur Rahman terhadap hadis-hadis konflik dan prediktif yang sering dikaitkan dengan antisemitisme, berikut implikasinya; dan ketiga, mengulas sebuah pendekatan hermeneutika alternatif berbasis historis-alegoris untuk memahami hadis-hadis prediktif tersebut. Pendekatan ini diharapkan mampu mengurai kompleksitas teks-teks keagamaan yang rentan disalahinterpretasikan.
Penelitian ini mengadopsi metode kualitatif melalui studi kepustakaan, dengan mengandalkan kitab-kitab hadis kanonik (Kutub as-Sittah) sebagai sumber data primer, didukung oleh berbagai buku dan artikel akademik relevan. Kunci utama penelitian ini terletak pada penerapan hermeneutika double movement Fazlur Rahman. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk menyelami konteks historis hadis guna merekonstruksi maknanya, kemudian mengadaptasinya agar relevan dan aplikatif di masa kini.
Hasil penelitian Asgar sangat mencerahkan. Ia berhasil mengkategorikan hadis-hadis bercorak antisemitisme ke dalam dua kelompok utama: hadis konflik dan hadis prediktif. Hadis konflik, menurutnya, mencerminkan interaksi historis Nabi Muhammad dengan komunitas Yahudi di Madinah, yang dilatarbelakangi oleh faktor sosial-politik dan teologis. Penolakan kenabian Muhammad oleh sebagian kabilah Yahudi kala itu dianggap sebagai benturan otoritas wahyu. Hermeneutika Rahman menunjukkan bahwa respons Nabi, seperti eksil dan abrogasi hukum, adalah respons strategis terhadap situasi multidimensi untuk menegaskan misi kenabian dan menjaga stabilitas politik.
Yang tak kalah menarik adalah temuan Asgar terkait hadis-hadis prediktif, yaitu yang meramalkan dinamika hubungan Muslim-Yahudi di masa depan. Hadis-hadis semacam ini, menurut Rahman, cenderung ditolak karena dianggap sebagai refleksi pemikiran pasca-kenabian dan bukan ucapan otentik Nabi. Asgar kemudian menawarkan pendekatan historis-alegoris sebagai konstruksi pemahaman alternatif. Pendekatan ini tidak hanya menempatkan hadis dalam konteks kesejarahannya, tetapi juga memahami hadis prediktif sebagai alegori moral dan politik, bukan ramalan literal yang memicu permusuhan abadi.
Disertasi ini secara tegas menolak pembacaan literal yang dapat menjustifikasi permusuhan terhadap Yahudi. Sebaliknya, ia mengembalikan pemahaman hadis pada konteks historis Nabi di Madinah sebagai acuan utama, bukan pada retorika antisemitisme modern yang berkembang di dunia Arab pasca-kolonial. Kontribusi penelitian ini sangat signifikan dalam diskursus kritik matan dan perluasan kerangka tafsir etis terhadap hadis-hadis yang rawan bias ideologis.
Asgar menguatkan argumen para sarjana seperti Michael Kiefer, Torkel Brekke, Reuven Firestone, dan Bassam Tibi, yang menegaskan bahwa antisemitisme bukanlah bagian intrinsik dari ajaran Islam, melainkan konstruksi politik. Sebaliknya, ia membantah narasi Bat Ye’or, Gudrun Kramer, dan Andrew Bostom yang berpendapat Islam secara ideologis memusuhi Yahudi. Penelitian Asgar membuktikan bahwa konflik Nabi dengan komunitas Yahudi di Madinah bersifat historis dan tidak bisa dijadikan dasar teologis bagi sikap antisemitisme dalam Islam. Dengan demikian, disertasi ini diharapkan mampu memberikan pemahaman yang lebih jernih dan berimbang mengenai isu sensitif ini.
Muhammad Asgar Muzakki berhasil mempertahankan disertasinya di bawah bimbingan Prof. Dr. Said Agil Husin Al Munawar, MA, Prof. Dr. M. Suparta, MA dan Dr. Fuad Jabali, MA, dan diuji di hadapan dewan penguji yang terdiri atas Prof. Dr. Zulkifli, MA, Prof. Dr. M. Suparta, MA, Dr. Fuad Jabali, MA, Prof. Dr. Asep Usman Ismail, M.Ag, Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA dan Dr. Idris Thaha, M.Si.
Setelah memperhatikan penulisan disertasi, komentar tim penguji dan jawaban promovendus, tim penguji menetapkan Muhammad Asgar Muzakki dinyatakan lulus dengan predikat Sangat Memuaskan dan menjadi Doktor ke-1626 dalam bidang Pengkajian Islam pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.(JA)