Ujian Tesis Abdul Azim, Konsep Tārīkhiyyah dan Tanzīh Al-Qur’an di Era Modern: Studi Pemikiran Muḥammad Sālim Abū ‘Āṣī
Ruang Teater SPs UIN Jakarta, BERITA SPs – Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Ujian Tesis ke-2788 di Ruang Teater SPs UIN Jakarta, pada Senin, 24 November 2025 dengan kandidat Abdul Azim.
Abdul Azim merupakan mahasiswa program studi Magister Pengkajian Islam konsentrasi Tafsir. Abdul Azim menulis tesis berjudul "Konsep Tārīkhiyyah dan Tanzīh Al-Qur’an di Era Modern: Studi Pemikiran Muḥammad Sālim Abū ‘Āṣī".
Tesis Abdul Azim berfokus pada kritik Muḥammad Sālim Abū ‘Āṣī terhadap konsep tārīkhiyyah al-Qur’an (historisitas Al-Qur'an). Penelitian ini secara fundamental bertujuan untuk mengungkap status ontologis teks Al-Qur’an dan bagaimana penafsirannya merespons dinamika zaman yang terus berkembang dalam perspektif pemikir Muslim.
Metode kualitatif digunakan Abdul Azim untuk membedah pandangan Muḥammad Sālim Abū ‘Āṣī, yang dianggapnya sebagai kritikus utama dalam diskursus panas mengenai historisitas dan sifat transenden (tanzīh) Al-Qur'an. Diskusi ini memperhadapkan dua kutub pemikiran: yang melihat Al-Qur'an sebagai produk budaya yang bersifat historis, dan yang memandang teks suci itu memiliki sifat yang abadi dan transenden.
Salah satu tokoh yang menjadi titik kontras adalah Naṣr Ḥāmid Abū Zayd. Abū Zayd berpandangan bahwa Al-Qur’an, pada hakikat dan substansinya, adalah produk budaya, sehingga bersifat historis dan penafsirannya harus menggunakan metode kontekstual. Pandangan ini menempatkan teks Al-Qur'an dalam kerangka sejarah sosial di masa pewahyuannya.
Namun, melalui studi kepustakaan (library research), Abdul Azim menemukan bahwa Sālim Abū ‘Āṣī justru berpandangan sebaliknya. Pemikiran Abū ‘Āṣī merepresentasikan pendekatan tafsir yang tektualis ketat. Bagi Abū ‘Āṣī, Al-Qur’an adalah manifestasi dari sifat kalam Allah yang qadīm (kekal/ada sejak dahulu), yang secara inheren membuatnya memiliki sifat transenden.
Implikasi dari pandangan transenden ini adalah penafsiran Al-Qur’an harus selalu berada dalam koridor teks, menolak upaya untuk menundukkannya pada konteks sejarah secara berlebihan. Abū ‘Āṣī khawatir bahwa gagasan tārīkhiyyah akan mereduksi Al-Qur’an menjadi sekadar teks sejarah yang relevan hanya pada konteks sosial Arab saat wahyu diturunkan.
Kritik tajam Muḥammad Sālim Abū ‘Āṣī muncul karena ia melihat pendekatan tārīkhiyyah sebagai upaya untuk membuat teks tunduk pada konteks. Hal ini, menurutnya, membuka ruang bagi ideologi-ideologi modern untuk membentuk makna yang seharusnya mutlak bersumber dari Tuhan. Abū ‘Āṣī mengkhawatirkan manipulasi teks, di mana makna ayat disesuaikan dengan kepentingan ideologis atau arus pemikiran kontemporer.
Penelitian Azim juga memperkuat argumen bahwa konsep tārīkhiyyah al-Qur’an dianggap oleh sebagian ahli tafsir sebagai potensi melemahkan otoritas teks dan mengikis peran transendennya sebagai sumber hukum. Inilah yang mendorong para sarjana, termasuk Abū ‘Āṣī, untuk secara keras mempertanyakan dan mengkritik wacana tersebut.
Bagian yang paling menarik dan membedakan temuan Abdul Azim adalah kesimpulannya mengenai motif kritik Abū ‘Āṣī. Berbeda dengan temuan sebelumnya (Nashifuddin Luthfi, 2022) yang menghubungkan kritik Abū ‘Āṣī dengan dominasi pemikiran Barat di Mesir, Azim berkesimpulan bahwa kritik tersebut muncul karena Abū ‘Āṣī khawatir konsep tārīkhiyyah yang diberlakukan pada Al-Qur’an akan mengarah pada kondisi di mana "setiap zaman memiliki agamanya tersendiri." Ini adalah peringatan keras terhadap relativisme tekstual.
Tesis Abdul Azim berhasil menyajikan Muḥammad Sālim Abū ‘Āṣī sebagai pembela gigih sifat tanzīh Al-Qur'an, sekaligus memberikan kontribusi penting dalam memperkaya dan menajamkan diskursus metodologi tafsir di era modern. Penelitian ini mengajak akademisi untuk kembali merenungkan batas-batas antara teks transenden dan penafsiran kontekstual.
Abdul Azim berhasil mempertahankan tesisnya di bawah bimbingan Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA, dan diuji di hadapan dewan penguji yang terdiri atas Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA, Prof. Kusmana, MA, Ph.D dan Dr. Eva Nugraha, M.Ag.
Setelah memperhatikan penulisan tesis, komentar tim penguji dan jawaban kandidat, tim penguji menetapkan bahwa Abdul Azim berhasil lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. Abdul Azim merupakan Doktor ke-2788 dalam bidang Pengkajian Islam, pada program magister Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.(JA)
