Ujian Tesis Bagus Fawaid, Respons Elite Nahdlatul Ulama terhadap Wacana Normalisasi Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel Melalui Abraham Accords
Ujian Tesis Bagus Fawaid, Respons Elite Nahdlatul Ulama terhadap Wacana Normalisasi Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel Melalui Abraham Accords

Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, BERITA SPs: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Ujian Tesis Magister Ke-2757 di Ruang Auditorium Prof. Dr. Suwito, MA SPs UIN Jakarta, pada Kamis, 24 April 2025 dengan kandidat Bagus Fawaid.

Bagus Fawaid merupakan mahasiswa program studi Magister Pengkajian Islam konsentrasi Hubungan Internasional. Ia menulis tesis  berjudul "Respons Elite Nahdlatul Ulama terhadap Wacana Normalisasi Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel Melalui Abraham Accords" 

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menyoroti adanya keragaman pandangan yang signifikan di antara para elite Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia, terkait wacana normalisasi hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel melalui kerangka Abraham Accords. NU secara konsisten mendukung kemerdekaan Palestina dan menolak segala bentuk normalisasi dengan Israel selama penjajahan masih berlangsung.

Penelitian yang melibatkan wawancara mendalam dengan enam elite NU dan analisis berbagai dokumen tertulis ini menemukan adanya spektrum perspektif yang menarik. Terkait klaim keberhasilan Abraham Accords di Timur Tengah, para elite NU terbagi antara pandangan yang pesimis terhadap dampak positif perjanjian tersebut dan pandangan yang lebih optimis namun dengan sejumlah catatan dan batasan.

Lebih lanjut, penelitian ini mengidentifikasi tiga spektrum pandangan di kalangan elite NU terkait wacana normalisasi hubungan Indonesia-Israel. Kelompok pertama memilih untuk mempertahankan status quo, dengan penolakan tegas terhadap normalisasi selama isu Palestina belum terselesaikan. Kelompok kedua mengadopsi pendekatan konstruktif, tidak secara eksplisit menolak atau mendukung normalisasi, namun lebih menekankan pada pentingnya dialog dan interaksi positif, termasuk dengan pihak Israel. Sementara itu, kelompok ketiga secara terbuka mendukung pembukaan hubungan diplomatik, meyakini bahwa langkah ini akan membawa manfaat signifikan bagi agenda kemanusiaan dan kepentingan nasional Indonesia.

Temuan yang paling menarik dari penelitian ini adalah adanya disparitas antara sikap formal organisasi NU yang menolak normalisasi dan beragamnya pandangan pribadi di antara para elite internalnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun NU sebagai organisasi memiliki garis kebijakan yang jelas, para pemimpinnya tidak selalu memiliki pandangan yang monolitik, terutama dalam isu sensitif seperti hubungan dengan Israel. Hal ini mencerminkan nilai-nilai organisasi yang menghargai perbedaan pendapat di dalam internalnya.

Penelitian ini sejalan dengan studi sebelumnya yang dilakukan oleh Zawawi, Omar, dan Ahmad (2024) yang menemukan adanya polarisasi pendapat terkait Abraham Accords di berbagai negara. Studi tersebut juga menyoroti penolakan kuat dari gerakan Islam dan elite keagamaan, terutama di Indonesia dan Malaysia, yang menilai perjanjian normalisasi tersebut sebagai pelanggaran hukum dan bertentangan dengan kepentingan nasional.

Implikasi dari temuan ini cukup signifikan. Meskipun sikap formal NU terhadap normalisasi dengan Israel tetap tegas, adanya keragaman pandangan di kalangan elite menunjukkan dinamika internal yang kompleks. Hal ini membuka ruang untuk diskusi dan perdebatan yang lebih mendalam di dalam organisasi terkait isu yang sangat sensitif ini, serta potensi perubahan perspektif di masa depan seiring dengan perkembangan geopolitik di kawasan Timur Tengah.

Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan gambaran tentang respons elite NU terhadap wacana normalisasi hubungan Indonesia-Israel. Alih-alih pandangan tunggal yang monolitik, penelitian ini mengungkap adanya spektrum perspektif yang beragam, mencerminkan kompleksitas isu Palestina dan dampaknya terhadap politik dan pandangan keagamaan di Indonesia.

Bagus Fawaid berhasil mempertahankan tesisnya di bawah bimbingan Mutiara Pertiwi, MA, Ph.D dan Prof. Arif Zamhari, M.Ag, Ph.D, dan diuji di hadapan dewan penguji yang terdiri atas Prof. Dr. Yusuf Rahman, MA, Mutiara Pertiwi, MA, Ph.D, Prof. Arif Zamhari, M.Ag, Ph.D, Ahmad Abrori, M.Si, Ph.D dan Dr. Muhamad Adian Firnas, M.Si. 

Setelah memperhatikan penulisan tesis, komentar tim penguji dan jawaban kandidat, tim penguji menetapkan bahwa Bagus Fawaid lulus dengan predikat Sangat Memuaskan. Bagus Fawaid merupakan magister ke-2757 dalam bidang Pengkajian Islam, pada program magister Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.(JA)