Sekolah Pascasarjana | Pengembangan Pascasarjana di PTKI
17501
post-template-default,single,single-post,postid-17501,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-child-theme-ver-1.0.0,qode-theme-ver-13.1.2,qode-theme-bridge,wpb-js-composer js-comp-ver-5.4.5,vc_responsive

Pengembangan Pascasarjana di PTKI

Pengembangan Pascasarjana di PTKI

BERITA SEKOLAH Online-Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Kemenag mengadakan acara Forum Kajian Ilmiah pada 22-24 Juni 2016 lalu dalam rangka meningkatkan budaya akademik dan perumusan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) pada Sekolah/Program Pascarjana di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Direktur Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi salah satu narasumber dalam forum tersebut. Dia menguraikan kondisi obyektif Pascasarjana baik saat ini maupun ke depan tentang struktur, budaya akademik, proses pembelajaran, pembiayaan, dan kerjasama dengan lembaga/universitas lain di dalam maupun luar negeri.

Terkait dengan upaya-upaya peningkatan kualitas lulusan S2 dan S3, dia pun merujuk kepada Peraturan Presiden No.8/2012 tentang KKNI untuk program magister (jenjang 8) dan program doktor (jenjang 9). Hal ini bisa tercapai melalui aktivitas-aktivitas akademik, baik dalam bentuk proses dan penilaian pembelajaran, maupun penelitian serta penulisan paper dan tesis/disertasi. Ikut mempengaruhi kualitas akademik ini adalah fasilitas perpustakaan, keberadaan pembimbing akademik, dan penciptaan budaya akademik.

Idealnya kurikulum program S2 dan S3 itu mewajibkan mahasiswa untuk penulisan artikel ilmiah yang dipresentasikan dalam seminar nasional/internasional dan dipublikasikan dalam jurnal nasional/internasional. Namun kini hal ini masih dianggap memberatkan, karena mereka masih harus berjuang menulis tesis/disertasi yang dianggap oleh sebagian besar mahasiswa sebagai tugas yang cukup berat. Memang ada juga sejumlah mahasiswa yang secara serentak menulis tesis/disertasi dan artikel untuk seminar dan jurnal, terutama artikel-artikel yang berasal dari paper-paper yang telah dipresentasikan di kelas.

Hanya saja, kini masih ada sejumlah problem struktural yang dihadapi oleh banyak program pascasarjana, baik dalam bentuk struktur organisasi yang hanya dipimpin oleh seorang direktur, ketua Prodi, dan kepala sub-bagian, maupun masalah biaya, tarif layanan yang kurang sesuai dengan kondisi kota tertentu, dan sebagainya. Di samping itu, kini juga masih ada problem terkait dengan budaya akademik, seperti penyelenggaraan perkuliahan akhir pekan, minimnya bimbingan akademik dan penulisan tesis/disertasi, keterbatasan referensi, dan sebagainya. Oleh karenanya, menurut dia, peningkatan kualitas dan budaya akademik di Sekolah/Program Pascasarjana harus disertasi dengan penyelesaian problema-problem ini.(ma)

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.