Sekolah Pascasarjana | Dosen SPs UIN Jakarta Dorong Budaya Riset di STAI SADRA
30078
post-template-default,single,single-post,postid-30078,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-child-theme-ver-1.0.0,qode-theme-ver-13.1.2,qode-theme-bridge,wpb-js-composer js-comp-ver-5.4.5,vc_responsive

Dosen SPs UIN Jakarta Dorong Budaya Riset di STAI SADRA

Dosen SPs UIN Jakarta Dorong Budaya Riset di STAI SADRA

Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, BERITA SEKOLAH: Salah satu dosen berhomebase di Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (SPs UIN Jakarta), Dr. Suwendi, M.Ag tampil menjadi narasumber pada kegiatan “Workshop Kurikulum dan Bimtek Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sadra, Jakarta”. Kegiatan yang diselenggarakan di gedung BBPPMPV Bisnis dan Pariwisata, Parung, Bogor, ini dihadiri oleh seluruh pimpinan, dosen, dan tenaga kependidikan STAI Sadra.

Selain Dr. Suwendi, M.Ag, tampil sebagai narasumber Prof. Dr. Sururin, M.Ag, Wakil Koordinator Kopertais Wilayah Jakarta dan Banten dan dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta.

Dalam pemaparannya, Dr. Suwendi, M.Ag menjelaskan tentang “Penguatan Kelembagaan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam melalui Budaya Riset”. Menurutnya, kewibawaan perguruan tinggi keagamaan Islam sangat tergantung dari aktivtas riset yang dilakukannya. “Sebab, riset membutuhkan konsentrasi membaca, menulis, penguasaan metodologi riset, networking, dan kemahiran dalam menyajikan gagasan dan temuan”, ungkap Dr. Suwendi, M.Ag.

Namun demikian, diakui bahwa tradisi riset harus dilakukan sejak mahasiswa. “Meminjam teori iceberg, kemampuan riset di kalangan dosen seringkali dipengaruhi oleh pengalamannya saat mahasiswa. Oleh karenanya, kita harus budayakan riset di kalangan mahasiswa dengan menciptakan tradisi akademik, berfikir kritis, berdiskusi, menulis, dan melakukan rangkaian menelti hingga mempublikasikannya pada jurnal bereputasi’, ungkapnya lebih lanjut.

Budaya riset ini, hemat  Dr. Suwendi, M.Ag, tidak harus melalui kegiatan formal secara terstruktur dan memiliki bobot SKS, tetapi melalui kebiasaan yang diciptakan, didorong, dan dilakukan secara sinergis antara dosen dan mahasiswa. “Biasanya, kegiatan informal untuk menciptakan budaya riset itu jauh lebih efektif”, ungkap Dr. Suwendi, M.Ag yang sekaligus pendiri Klub Riset Bildung.

Dijelaskan bahwa SPs UIN Jakarta dengan melibatkan sejumlah dosen dan mahasiswa SPs UIN Jakarta tengah dan terus menciptakan budaya riset yang lebih baik, mulai tingkat diskusi, bimbingan riset, hingga luaran riset. “Pertemuan rutin secara informal yang dilakukan setiap Selasa di perpustakaan riset SPs UIN Jakarta menjadi bagian dari upaya menciptakan budaya riset tersebut”, ungkap Dr. Suwendi, M.Ag lebih lanjut.(SWD/J)

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.