Sekolah Pascasarjana | Menerapkan Teori dalam Penelitian
30001
post-template-default,single,single-post,postid-30001,single-format-standard,ajax_fade,page_not_loaded,,side_area_uncovered_from_content,qode-child-theme-ver-1.0.0,qode-theme-ver-13.1.2,qode-theme-bridge,wpb-js-composer js-comp-ver-5.4.5,vc_responsive

Menerapkan Teori dalam Penelitian

Menerapkan Teori dalam Penelitian

Gedung Perpustakaan Riset Pascasarjana, BERITA SEKOLAH: Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN Jakarta sukses menggelar diskusi ke-9 dalam seri diskusi riset dengan judul “Mengaplikasikan Teori dalam Penelitian”. Acara berlangsung di ruang Perpustakaan Riset Pascasarjana UIN Jakarta pada Selasa (20/02/2024) dihadiri oleh peserta baik secara langsung maupun daring melalui aplikasi zoom meetings serta didukung oleh Klub Riset Bildung dan Genmaster SPs UIN Jakarta.

Suwendi selaku Pendiri Klub Riset Bildung, dan juga dosen SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, menyoroti pentingnya pemahaman tentang variabel dalam penelitian. Menurutnya, sebelum menentukan sebuah teori, peneliti harus memahami rumusan masalah. Dari rumusan itu, diketahui variabel apa saja yang perlu dicari tahu jawabannya. “Ketika hendak menentukan sebuah teori dalam penelitian, pemahaman yang kuat tentang rumusan masalah dan variabel apa saja yang perlu diketahui,” kata Suwendi. “Variabel ini menjadi landasan untuk merumuskan hipotesis yang kemudian akan diuji dalam penelitian tersebut,” lanjut Suwendi.

Pembicara utama diskusi, Satibi Satori, di samping sebagai mahasiswa S3 SPs UIN Jakarta juga aktif sebagai Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kebijakan Pendidikan (Puskapdik), menekankan bahwa teori adalah seperangkat variabel yang saling berhubungan, yang berasosiasi dengan proposisi atau hipotesis yang memerinci hubungan antar variabel. “Teori akan menyediakan penjelasan atas ekspektasi atau prediksi keterhubungan ini”, ungkapnya.

Satibi Satori secara rinci menjelaskan bentuk-bentuk teori di antaranya adalah teori dalam bentuk hipotesis yang saling berhubungan. Misalnya, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin baik sopan santunnya. Teori dalam bentuk pernyataan kausalitas “jika-maka”. Misal: Jika frekuensi interaksi antar dua atau lebih individu meningkat, maka tingkat kesukaan antar keduanya juga akan meningkat. Dan ada juga teori dalam bentuk visual.

Teori juga perlu diterapkan dalam penelitian kuantitatif. Apabila peneliti menggunakan teori secara deduktif maka teori diletakkan di awal proposal penelitian. “Oleh karena tujuannya untuk menguji atau memverifikasi sebuah teori, maka peneliti harus mengajukan teori, mengumpulkan data untuk menguji teori, dan menyatakan konfirmasi atau diskonfirmasi atas teori tersebut berdasarkan hasil yang diperoleh” ungkap Satibi lebih lanjut.

Sedangkan dalam penelitian kualitatif, teori mempunyai beberapa fungsi. “Teori sebagai penjelas atas perilaku dan sikap-sikap tertentu. Teori sebagai panduan umum untuk meneliti  seperti teori tentang gender, kelas, ras, dan lain-lain. Dan juga teori berfungsi sebagai poin akhir dalam penelitian”, tambahnya.

Satibi menekankan bahwa semua penelitian bersifat ilmiah, sehingga semua peneliti harus memiliki pemahaman yang kuat tentang teori. Dalam penelitian kuantitatif, ia menyoroti pentingnya kejelasan teori karena teori menjadi dasar untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu, dalam proposal penelitian kuantitatif, landasan teori harus terdefinisi dengan jelas.

Tampil sebagai moderator Al Mudzil Wal Severus, mahasiswa SPs UIN Jakarta. Ia menekankan bahwa diskusi ini dapat membantu mahasiswa dan akademisi dalam penulisan karya ilmiah. Klub Riset Bildung menunjukkan komitmen kuatnya dalam mendukung pengembangan kemampuan riset di kalangan mahasiswa dan akademisi. Kegiatan rutin setiap hari Selasa di Gedung Perpustakaan Riset SPs UIN Jakarta menjadi wahana bagi peserta untuk memperdalam pengetahuan dan keterampilan riset, sambil berharap akan ada inovasi dalam diskusi-diskusi mendatang.(Suwendi/J)

No Comments

Sorry, the comment form is closed at this time.